LINE,Jejaring Sosial yang Menggema dari Jepang
2 min read
Manusia memang makhluk sosial,tak di bisa pungkiri kalau manusia tak bisa hidup tanpa bersosial dan semakin berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin maju membuat akhir akhir ini sangat marak sekali bermunculan situs dan aplikasi jejaring sosial seperti twitter,facebook,youtube dll tapi kali ini kami tidak membahas ke 3 nama yang kami sebutkan tadi,melainkan kali ini kami akan membahas aplikasi jejaring sosial LINE. berikut ulasannya....
Sembilan bulan yang lalu, hampir semua orang di kereta api menggunakan jejaring sosial Twitter, yang sekarang memiliki 20 juta pengguna di Jepang. Tetapi sebagian besar dari mereka kini sudah beralih ke aplikasi lokal bernama Line, yang diluncurkan tahun 2011 lalu oleh NHN Japan tepat setelah insiden gempa Tohoku yang mengguncang Jepang. Nama "Line" sendiri lahir dari jalur-jalur komunikasi (lines) yang dibangun oleh pemerintah setelah amukan alam tersebut terjadi. NHN Japan adalah anak perusahaan NHN yang berasal dari Korea.
aplikasi yang bisa digunakan untuk IM gratis dan telepon via smartphone/ tablet/desktop ini sekarang telah menjadi jejaring sosial terlaris di 42 negara. Line baru saja mendapat follower yang ke-50 jutanya hanya dalam waktu 399 hari. Pada Januari tahun ini, total pengikut Line di Jepang sudah mencapai angka 40 juta; dan sebesar 60% wanita dewasa disana dilaporkan rutin menggunakan Line setiap hari. Line, bersama dengan orangtuanya yaitu NHN (yang juga mempunyai kepemilikan atas Naver, portal pencarian terbesar di Korea) telah mengambil alih kancah internet dengan memotivasi para mengguna untuk tidak hanya mengikuti mereknya tetapi juga untuk berinteraksi, sehingga kini Line sudah berhasil menarik banyak perhatian, terutama dari dunia marketing.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Line, lebih dari setengah pengguna perempuan aplikasi ini telah mem-follow merek Line, 63% dari seluruh pengguna telah membaca pesan-pesan yang dikirim oleh Line, 32% telah menggunakan kupon yang dikirim oleh Line, dan 27% telah mengklik setidaknya satu link yang direkomendasikan oleh Line.
Berbeda dengan Facebook, jika para pemasang iklan hendak menggunakan Line, mereka diharuskan membayar sejumlah harga. Ada tarif yang sudah ditentukan per paket dan jumlah pesan yang diperbolehkan pun sangat dibatasi.
Perusahaan-perusahaan dapat menggunakan fasilitas Line untuk menawarkan kupon atau program promosi lainnya. Biaya ekstra juga akan ditarik bila mereka ingin membuat cap sponsor, yaitu sejenis emoticon lucu yang kini sedang nge-tren di Jepang, negara yang memang terobsesi dengan anime dan manga. Para pemasang iklan umumnya memiliki insentif untuk selalu tinggal bersama Line dalam jangka waktu panjang karena jika mereka berhenti melakukan pembayaran, itu berarti akun mereka akan dihapus dan mereka tidak hanya akan kehilangan follower tetapi juga konten yang sudah mereka buat. Meskipun begitu, kontrol ketat dan peraturan yang diwajibkan oleh pihak Line terbukti tidak melunturkan semangat para pemasang iklan raksasa seperti Coca-Cola, Lawson, dan restoran siap saji, Sukiya.
Salah satu aspek yang paling memukau dari perkembangan Line dan pendapatannya yang datang dari pemasangan iklan adalah begitu banyaknya tawaran bisnis yang dengan cepat mengisi lahan karir Line. Dengan semakin mengglobalnya Line, NHN akan memperoleh kesempatan untuk melihat apakah karakteristik-karakteristik ini juga berlaku di luar Asia. Hasil awal yang diterima sudah cukup menjanjikan: Line mengklaim di situsnya bahwa Line adalah aplikasi yang paling banyak diunduh di lebih dari 40 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, Line tercatat sudah diunduh sebanyak 23 juta kali!
Layanan seperti komunitas avatar "Line Play" pun kini sudah bisa diakses dalam bahasa Inggris, dan aplikasinya sendiri sudah dapat digunakan di iPhone, Android, Blackberry dan telepon genggam Windows. Dengan begini, status Line sebagai jejaring sosial yang menggema dari Jepang mungkin akan segera berakhir dan menjadi jejaring sosial yang menguasai dunia.
Sumber: www.jepang.net